Thursday, September 25, 2008

Agar Orang Kaya Lain Meniru

SEBAGAI muslim, menyisihkan sebagian harta untuk diberikan kepada kaum fakir dan miskin adalah kewajiban. Lebih-lebih ketika Ramadan seperti saat ini. Momen mulia itu pun dimanfaatkan H Moch. Maseri untuk berbagi rezeki kepada kaum duafa.

Membagikan zakat kepada puluhan orang, terutama tetangga, merupakan kegiatan rutin pemilik Toko Anda tersebut. Sejak 2000, Maseri rutin membagikan zakat, terutama menjelang Lebaran, di rumahnya di Jalan Kupang Gunung 3A.

Bapak tiga anak itu sengaja memanggil ratusan tetangga untuk datang ke rumahnya menerima zakat. Maseri pun tak takut dibilang riya atau pamer. ''Saya ingin memberi contoh kepada orang kaya agar meniru saya (berzakat, Red),'' ujar lelaki yang menunaikan haji kali pertama pada 1983 tersebut. ''Zakat itu harus ditunjukkan,'' tegasnya.

Selain itu, Maseri tak ingin menyalurkan zakatnya melalui badan amal atau zakat. Menurut dia, zakat harus diberikan terutama kepada orang terdekat, yaitu tetangga. Jika disalurkan kepada badan amal dan zakat, bisa-bisa tetangganya tak mendapatkan zakat dari dirinya. ''Tetangga bisa kelewatan. Dan yang menerima malah orang luar-luar,'' kata kakek lima cucu itu.

Dalam pembagiannya, Maseri telah menyiapkan sendiri strategi pembagian agar berjalan tertib dan aman. Sehari sebelum pembagian zakat, dia menyebarkan undangan sekaligus kupon. Orang yang menerima zakat hanyalah orang yang datang membawa kupon. Selain itu, kupon undangan hanya berlaku pada hari tersebut. ''Kalau yang tidak membawa kupon diberi, biasanya yang berdatangan malah tambah banyak,'' ujarnya.

Dari tahun ke tahun, jumlah zakat yang dibagikan selalu bertambah. ''Alhamdulillah selama ini aman,'' ungkap bos 24 karyawan penjaga toko tersebut.

Tahun ini, suami Hj Mardiyah tersebut membagikan zakat kepada 970 orang. Zakat dibagikan untuk 650 warga sekitar Kupang Gunung. Selebihnya, 150 zakat diberikan kepada jamaah pengajian dan 170 zakat dibagikan di kampung halaman di Bangkalan, Madura. ''Sebab, masih banyak saudara di sana,'' ujar lelaki yang kali pertama datang ke Surabaya pada 1970-an itu.

Zakat yang dibagikan kali ini tidak berupa uang tunai, tapi sembako dan pakaian senilai Rp 60.000. Pengalaman sebelumnya memberikan pelajaran bagi Maseri. Jika dibagikan dalam bentuk uang tunai, banyak anggota keluarga penerima zakat yang tidak mengetahui. Misalnya, yang mengambil zakat sang suami, tapi tidak disampaikan kepada istri atau istrinya tidak diberi tahu. ''Kalau dibagikan uang, takutnya tidak untuk kebutuhan Lebaran,'' tegas lelaki yang berulang tahun pada 4 Mei itu.

Semua yang Maseri lakukan tersebut semata-mata demi menunaikan kewajiban sebagai muslim. Selain itu, pembagian zakat yang menghabiskan uang Rp 50 juta tersebut merupakan wujud rasa syukur atas rezeki yang dia peroleh. ''Sebab, dulu saya datang ke Surabaya tidak langsung sukses,'' ujar pemilik toko yang masih rutin belanja sendiri ke Kembang Jepun untuk memenuhi isi toko miliknya tersebut.

Sebelum memiliki toko sendiri, Maseri berjualan rokok di sepanjang Jalan Kupang Gunung. Berkat keprihatinan dan kegigihan kerja, pria kelahiran Bangkalan 55 tahun silam tersebut berhasil memiliki toko sendiri yang kini ditempati beserta anak dan istri. ''Alhamdulillah, akhirnya bisa seperti ini,'' ujar bapak tiga anak tersebut.
(obi/dos)

( Jawa Pos )

 

No comments:

Post a Comment